TOMBAK PEMBAWA MAUT....
Syeh Jamaluddin dan Asal mula Desa Suko Songo...Kembang Bahu , Lamongan..
(Santri Sunan Giri yang Meninggal Karena Lemparan Tombak Sakti..)
Ada 2 Santri dari Kanjeng Sunan Giri IV (Sunan Prapen) yang sedang melaksanakan sebuah misi ke daerah Cirebon,yaitu Jamaluddin dan Syahid. Pada suatu hari ke dua nya sampai pada sebuah bendungan/Telaga, tepatnya di desa Takeran Klating, Tikung Lamongan,untuk menunaikan ibadah sholat magrib dan Al-Qur'an mereka letakkan di atas bendungan, yang akhirnya telaga tersebut di namakan Telaga "Koro'an" berasal dari kata Qur'an.
Ketika mereka sedang menunaikan Sholat Magrib di tempat yg agak remang/gelap ada salah seorang anak buah Ki gede Sindujoyo (Pembesar Desa Klating) melihat mereka. Anak buah Ki gede Sindujoyo mengira mereka berdua adalah 2 ekor Celeng (Babi hutan) Karena posisi mereka itu sedang Sujud, sehingga sekilas dalam kegelapan seperti hewan celeng.
Kemudian dia melapor pada Ki gede Sindujoyo, kemudian Sindujoyo berangkat sambil membawa Tombak Sakti nya untuk menyatakan kebenaran berita itu. Dan tanpa melihat dengan jelas Ki gede Sindujoyo langsung Melemparkan Tombaknya ke arah ke dua Santri tersebut. Sehingga mengenai salah satu diantaranya yaitu Jamaluddin. Ke 2 nya kemudian Lari untuk menyelamatkan diri dari kejaran ki gede Sindujoyo dan anak buahnya.
Setelah lari sekian jauh akhirnya mereka kelelahan, dan kemudian mereka berdua beristirahat melepas lelah dan meluruskan kaki (Bahasa Jawa= Lenjer) sehingga di kemudian hari Tempat tersebut di namakan dusun lenjer. Dirasa cukup beristirahat mereka berdua melanjutkan perjalanan.tapi tak lama kemudian mereka berhenti lagi, Karena Jamaluddin merasa kesakitan sampai terluntah luntah (Bahasa Jawa = mumbul mumbul) sehingga pada akhirnya Tempat itu disebut Desa Pangumbulan.
Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan dan bersembunyi di suatu tempat untuk menghindari kejaran Ki gede Sindujoyo dan anak buahnya.dan akhirnya Tempat itu dinamakan desa Delik ( Bahasa Jawa delik = Sembunyi).
Setelah di rasa cukup aman, mereka meneruskan lagi perjalanan ke arah Utara,di tengah tengah perjalanan Luka Jamaluddin mengeluarkan banyak darah sampai kira kira Sebaskom (Baskom Bahasa Jawa = Kemaron) hingga pada akhirnya Tempat tersebut dinamakan desa Kemaron/ pengaron. Kemudian kedua nya meneruskan perjalanan. Tapi setelah di rasa tidak kuat menahan sakit, akhirnya Jamaluddin berhenti untuk beristirahat, sedangkan syahid diminta Jamaluddin untuk kembali ke giri kedhaton untuk melapor pada Kanjeng Sunan Giri guru nya tentang kejadian yang telah di alaminya.
Setelah itu oleh Kanjeng Sunan Giri dia diberi kendi yang nanti airnya harus di minum oleh Jamaluddin agar luka nya sembuh. Tapi ternyata takdir berkehendak lain, setelah syahid sampai di tempat semula, ternyata Jamaluddin sudah wafat sehingga Tempat tersebut sekarang di sebut dengan desa jotok/jotok Sanur.( Bahasa Jawa jotok=Tempat akhir). Karena belum sempat di minumkan pada Jamaluddin, akhirnya air kendi tersebut dibuang kedalam sumur yang ada di tempat itu. Menurut riwayat pada suatu hari air Sumur tersebut di minum oleh seekor kerbau dan terjadilah keajaiban.ternyata setelah minum dari air sumur tersebut, kerbau itu menjadi kebal terhadap senjata apapun. Sehingga oleh penduduk setempat Sumur tersebut kemudian di tutup /di jubel. Akhirnya sumur tersebut di namakan Sumur Jubel.
Setelah Jamaluddin wafat kemudian jasad nya dibawa kesebuah Tempat untuk dimandikan/di sucikan,yang kemudian Tempat tersebut dinamakan desa keramat karena menjadi tempat disucikannya jasad Jamaluddin. Namun menurut fersi juru kunci makam di namakan desa keramat karena Tempat di kuburkan nya pakaian Jamaluddin yang berlumuran darah.
Setelah jasad Jamaluddin di mandikan dan di sholatkan terjadilah keanahan, ketika jasad nya akan di angkat 4 orang ternyata tidak bisa mengangkat nya alias tidak kuat. Kemudian di tambah lagi 5 orang masih tidak kuat juga sampai seterusnya. Tapi ketika di angkat dengan 9 orang, ternyata jasad tersebut baru bisa di angkat dan dibawa ke pemakaman. Tapi lagi-lagi terjadi keanehan, yaitu ketika sampai di pemakaman, jasad Jamaluddin tidak bisa di turunkan .dan seakan akan memaksa orang orang yang menggotong nya untuk mengikuti kemauannya...mungkin kalau sekarang seperti pohon gila nya Mr limbat yg di gotong orang beramai ramai tapi mereka pontang panting mengikuti gerakan pohon itu.
Setelah lama berjalan ke arah barat kira kira 10 km akhir nya jasad tersebut baru bisa di turunkan dan di daerah itu kemudian jasad Syeh Jamaluddin di semayankan. Dan akhirnya desa tempat di makamkan nya Syeh Jamaluddin di namakan desa Sukosongo kecamatan Kembang bahu Lamongan.
Komentar
Posting Komentar